Interval
  • Telaah
  • Tetirah
  • Tentang
Interval
  • Telaah
  • Tetirah
  • Tentang
No Result
View All Result
Plugin Install : Cart Icon need WooCommerce plugin to be installed.
Interval
No Result
View All Result

Membuat Janji Bersama Manta

Syukron by Syukron
May 27, 2025
in Tetirah
Home Tetirah

“Seekor manta muncul dari kejauhan. Ukurannya besar dan gerakannya tenang. Ia melayang tanpa suara, mendekati sebuah batu karang dan berhenti di atasnya”


Hari itu saya duduk diam di atas speedboat bersama delapan penyelam lain, membiarkan tubuhku diayun pelan oleh gelombang. Oba, juru mudi kami, menatap fokus ke depan, membelah air yang memantulkan warna langit. Di belakangku, Githa dan Didi tenggelam dalam obrolan santai.

Githa akan memimpin kunjungan kali ini untuk bertemu dengan para manta. Ia mempercayakan tugas sebagai penyelam paling belakang kepada saya, bertindak sebagai “penyapu” yang memastikan tak ada yang tertinggal selama penyelaman. Sementara itu, meski sudah berkali-kali menyelam di Manta Sandy, Didi tetap saja tak pernah kehilangan semangat. Setiap kali ia turun ke sana, gairahnya selalu sama, seolah itu adalah penyelaman pertamanya.

Tak butuh waktu lama. Hanya sekitar lima belas menit berlayar ke arah timur dari Pulau Arborek, sebuah panggung kayu sederhana mulai tampak di kejauhan. Itulah tanda yang tak salah lagi: kami telah tiba di Manta Sandy.

Manta Sandy adalah tempat yang berada di dalam Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Raja Ampat, wilayah yang dijaga ketat untuk melindungi cleaning station, titik di mana pari-pari manta datang untuk dibersihkan oleh ikan-ikan kecil.

Pada tahun 2014, Indonesia membuat langkah besar: menetapkan seluruh perairan negaranya sebagai suaka, tempat perlindungan, bagi pari manta. Deklarasi ini menjadikan Indonesia negara terbesar di dunia yang melindungi semua jenis pari manta, baik Manta birostris (oceanic manta) maupun Manta alfredi (reef manta). Artinya, menangkap, membunuh, memperdagangkan, atau mengganggu pari manta menjadi tindakan ilegal, dengan ancaman hukuman berat—denda hingga miliaran rupiah, bahkan penjara.

Di Manta Sandy sendiri, perlindungan ini dijaga dengan aturan yang ketat. Kami perlu melapor ke Pos Pengawasan Manta Sandy. Ada jalur-jalur selam yang telah ditetapkan. Penyelam tidak boleh mengejar atau menyentuh manta. Mereka harus menjaga jarak, berlutut atau tetap diam di dasar pasir yang telah ditandai, menghindari menginjak karang, dan tidak membuat gerakan tiba-tiba yang bisa membuat para makhluk megah itu menjauh. Waktu kunjungan pun dibatasi. Hanya sejumlah kecil penyelam yang diizinkan turun dalam satu waktu, untuk menjaga ketenangan di arena cleaning station.

***

Saya mengenakan masker, menggigit regulator, dan menunggu aba-aba dari Githa untuk turun bersama. Selanjutnya adalah membiarkan tubuhku tenggelam ke dalam pelukan laut.

Air laut memelukku dalam keheningan yang berat. Dunia atas memudar; yang tersisa hanya biru yang menebal, pasir putih yang membentang sunyi, dan batu-batu karang kecil yang tampak seolah altar persembahan di dasar lautan.

Kontur bawah laut di hadapan kami melandai lembut. Lereng pasir itu menuntun kami perlahan, setiap gerakan diukur oleh tekanan yang kian memeluk, hingga kedalaman delapan belas meter. Di sini, kami menemukan patokan: gugusan karang di sisi kanan yang menjadi penanda arah, sementara hamparan pasir terbentang tenang di kiri, diselingi rimbunan cabbage coral, seperti taman bawah laut yang tak terjamah.

Arus hari itu bersahabat, hanya berbisik lembut di sekitar kami. Cukup bagi kami untuk tetap berjaga, menjaga jarak dari dasar, seolah takut mengusik tidur panjang pasir yang damai. Dengan jarak pandang yang lapang—sepuluh hingga lima belas meter—kami dapat menebak ke mana arah harus dituju. Dan di situlah, di kejernihan itu, kami melihat tanda: ruang dimana para manta datang membersihkan diri, tempat yang oleh penyelam disebut cleaning station.

Kami tiba di ruang itu—ruang tamu yang tak tertulis—di mana aturan alam lebih bijak dari hukum manusia. Kami berlutut, sejajar di hadapan batu-batu karang yang sengaja ditaruh agar menjadi pagar tak kasatmata. Batas itu jelas: kami adalah tamu, dan yang menghuni rumah ini adalah sang tuan, makhluk-makhluk laut yang berputar anggun di depan kami.

Di sana, Manta semoga masih mau menunggu saya datang.

Seekor manta muncul dari kejauhan. Ukurannya besar dan gerakannya tenang. Ia melayang tanpa suara, mendekati sebuah batu karang dan berhenti di atasnya. Di sana, ikan-ikan kecil jenis cleaner wrasse mulai membersihkan tubuhnya dari parasit dan kotoran. Proses ini merupakan bagian dari hubungan simbiosis yang sudah berlangsung sangat lama di ekosistem laut.

Spesies ini adalah Mobula alfredi, yang dikenal sebagai Reef Manta Ray. Dengan lebar tubuh antara tiga hingga lima meter, manta ini termasuk yang paling sering ditemui oleh penyelam di Raja Ampat, khususnya di sekitar terumbu karang. Bentuk tubuhnya pipih dan lebar, dengan sirip dada besar di sisi kiri dan kanan yang digunakan untuk berenang. Gerakannya menyerupai kepakan sayap, membuatnya terlihat seperti burung besar yang terbang di dalam air. Karena ukurannya yang mencolok dan gerakannya yang anggun, manta ini menjadi daya tarik utama para penyelam.

Sepertinya tuan rumah tengah bersiap menyajikan sesuatu. Satu per satu, enam manta lain bergabung. Mereka berputar perlahan dalam keheningan, tanpa suara, tanpa hiruk-pikuk—hanya gerakan yang serempak dan seirama.

Manta mating. Itu yang sedang terjadi di hadapan kami. Seekor betina memimpin, diikuti oleh beberapa jantan dalam formasi yang dikenal sebagai mating train, iring-iringan kawin yang bisa terdiri dari lima hingga dua puluh ekor jantan. Mereka berenang mengikuti sang betina, kadang selama beberapa jam, bahkan berhari-hari.

Para jantan bersaing secara diam-diam namun intens. Mereka menunjukkan kekuatan dan ketahanan dengan terus berenang dalam pola yang teratur di belakang betina. Ini adalah ujian. Hanya yang paling kuat dan paling sabar yang akhirnya diperbolehkan mendekat. Ketika hanya tersisa satu jantan, keduanya mulai berputar membentuk spiral yang indah. Sang jantan menggigit halus sirip betina, mengunci tubuh mereka dalam sebuah tarian sunyi—tarian kehidupan.

Dari momen itu, kelak lahir seekor bayi manta kecil. Ia akan mengarungi samudera luas seorang diri, membawa warisan rahasia arus, gelombang, dan bintang-bintang laut.

Waktu penyelaman mendekati batas. Kami bersiap naik, menembus lapisan air yang memudarkan dunia bawah laut menjadi kenangan.

Mentari siang telah tinggi. Speedboat menanti, bergoyang ringan di atas permukaan yang berkilau. Tapi sebagian dari diriku tetap tertinggal di bawah sana; di antara pasir putih, batu-batu karang, dan para penari laut yang terus melayang dalam tarian abadi.

Manta Sandy bukan sekadar tempat menyelam. Ia adalah jendela kecil yang dibukakan laut, sekilas, untuk kita melihat bagaimana dunia bekerja, dalam kesunyian, dalam keseimbangan, dalam keanggunan yang tak pernah meminta pujian.

Syukron

Syukron

Next Post
Petualangan Rasa Konten

Petualangan Rasa Konten

Please login to join discussion

© 2022 Interval.

No Result
View All Result
  • Tetirah
  • Telaah
  • Tentang

© 2023 Interval.